Wonderful Kampar Kiri

Kampar Kiri dan Kampar Kiri Hulu, memiliki Spot-spot wisata yang menarik baik itu wisata Budaya maupun wisata alamnya. untuk informasi tentang paket wisata bisa menghubungi admin RNA (Riau Nature Adventur) di No WhatsApp dengan Nuskan Syarif 085264595922

Senin, 10 Agustus 2020

Pangkalan Serai dalam Era Milenial

Kenegerian pangkalan Serai merupakan salah satu kenegerian yang berada di Kotak nan onam di kekhalifahan Rumah Godang Kenegerian Pangkalan SeraiBatu Songgan. sebagai kenegerian yang berada di ujung kekhalifahan Songgan, Kenegerian Pangkalan Serai ini merupakan Gerbang pertama menuju Sumatera Barat. Karena Dekat dengan Sumatera Barat, Corak Rumah Adat yang ada di Kekhalifahan Songgan memiliki corak ranah minang. menurut cerita masyarakat pangkalan serai, dahulu kala membuat rumah Soko atau rumah godang ini memanggil tukang kayu dari Ranah Minang.

selain memakain corak minang, namun beberapa ukiran masih mempertahankan corak kebudayaan asli Kenegerian Pangkalan serai. ada dua rumah adat yang masih bertahan dengan usia diatas 100 tahun, dan rumah-rumah ini diambang kehancuran. selain yang empunya rumah tidak tinggal di rumah godang tersebut, mengakibatkan kerusakan kian memperparah keadaan. 

Dari pekanbaru menuju Kenegerian Pangkalan Serai, kita menggunakan kendaraan bermotor baik roda empat maupun roda dua menuju ibu Kota Kecamatan Kampar Kiri Hulu di Desa Gema. jarak dari Pekanbaru ke Kota kecamatan Kampar Kiri Hulu sekitar 140 KM yang bisa di tempuh lebih kurang 2,5 Jam. dari ibu kota kecamatan Kampar Kiri Hulu, menuju Ke Kenegerian Pangkalan Serai dengan menggunakan Perahu Motor, selama sekitar 4 sampai dengan 6 jam bergantung kepada perahu dan keadaan air sungainya. sepanjang perjalanan menuju Kenegerian Pangkalan serai ini kita akan melewati banyak desa dan kenegerian, selain itu kita akan di suguhi oleh pemandangan hutan alami dan liukan sungai subayang yang berarus deras, dan jika beruntung kita bisa menikmati satwa-satwa liar yang main di pinggir sungai. 

Rute Sungai Subayang Menuju Kenegerian Pangakalan Serai
 Arus sungai yang deras membuat perahu motor yang kita tumpangi akan terombang ambing dan menyipratkan air kedalam perahu. namun keseruannya bukan di sana saja, melainkan di saat melewati jeram-jeram besar yang menghadang di depan kita. terkadang kita di paksa untuk turun dan berjalan di pinggir sungai di saat bertemu ruam jeram yang besar. 

Di antara Kotak Nan Onam di dalam kekhalifahan Batu Songgan, Hanya Pangkalan Serai saja yang masih menyisahkan bangunan rumah tua yang masih berdiri kokoh, walau di Kenegerian Gajah Bertalut ada sebuah tangga Rumah Soko atau Tua yang berusia sekitar diatas seratusan tahun yang lalu. 

Di era milenial ini rumah adat yang sudah berumur ratusan tahun ini butuh perhatian dari segala pihak dan jika di buat kembali dari awal niscaya nilai historisnya akan hilang bersama dengan hilangnya rumah adat ini. kalangan milenial saat ini banyak hilang nilai budaya dan keluhuran pekerti adat istiadat yang telah di wariskan sejak dulu kala.

Berbicaraq tentang Budaya dan Adat istiadat yang ada, Pemerintahan harus berpihak kepada Masyarakat Hukum Adatnya, karena dengan keberpihakan pemerintah ke masyarakat adat, maka ruang kelola dan ruang hidup masyarakat Adat akan ada, dengan adanya ruang hidup dan kelola maka masyarakat hukum adat akan terperhatikan dan bisa mempertahankan adat istiadatnya.

Di era milenial saat ini budaya dan adat istiadat yang ada di kalangan masyarakat hukum adat masih terjaga dengan baik namun yang mengkhawatirkan yang masih memegang teguh budaya dan adat in dikalangan anak-anak milenial merupakan pemuda adat yang tinggal di kampung, sedangkan anak-anak yang sudah berada dan hidup di luar kampung mereka mulai terinfeksi budaya luar. sehingga lambat laun kebudayaan lokal yang kaya akan nilai luhur Masyarakat adat mulai terkikis. termasuk dalam menjaga rumah adat yang setiap ukiran, pasak dan tangganya memiliki nilai estetika adat dan budaya lokal. 

Banyak perubahan di Kenegerian pangkalan Serai saat ini selain berubah menjadi Desa devinitif, budaya yang semakin tergerus, dan perhatian pemerintah juga memberikan andil kian tergerusnya budaya yang ada di masyarakat hukum adat, di tambah lagi kawasan kekhalifahan batu songgan di tunjuk menjadi suaka marga satwa, sejak di dengungkan Suaka marga Satwa Bukit Rimbang Bukit Baling ini kehidupan masyarakat hukum adat semakin tergerus, budanya berubah, dan prilaku dalam pengelolaan hutan dan lahan yang memakai sistem kearifan lokal pun tidak dipakai lagi bahkan benear-benar tergerus. 

Sejak SM Bukit Rimbang Bukit Baling di cetuskan, masyarakat hukum adat di Kekhalifahan Batu Songgan menjadi masyarakat yang konsomtif, semua bahan pangan di datangkan dari luar, berbeda dengan pola hidup masyarakat hukum adat yang telah mereka lakukan secara turun temurun. saat ini beras di datangkan dari luar sedangkan dulu di produksi dari ladang-ladang, gula yang dulu juiga di produk secara tradisinonal dari tanaman tebu di ladang saat ini di datangkan dari luar, bumbu dan rempah pun saat ini didatangkan. 

Masyarakat Pangkalan Serai khususnya Kekhalifahan Batu Songgan di Era Milenial dan di kawasan Konservasi seperti ayam mati di lumbung padi, sumber makanan banyak namun terganjal dalam pengelolaan. redupnya budaya masyarakat hukum adat dalam bertani dan beladang ini sangat mengkhawatirkan, pendapatan dan penghidupan masyarakat di Kawasan Konservasi yang mengandalkan dari Kebun Karet dengan Harga yang tidak bersahabat menambah duka bagi Masyarakat hukum adat. saat ini ilegalloging berlangsung sangat masif di kawasan konservasi SM Rimbang Baling ini, sekali lagi masyarakat Hukum adat menjadi tersangka sedangkan pelaku besarnya melenggang bebas di kota. 

melihat keadaan dan kehidupan Masyarakat hukum adat di kekhalifahan batu Songgan saat ini, pemerintah harus memperhatikan hal ini, sehingga kehidupan masyarakat adat lebih manusiawi. Masyarakat Hukum Adat telah terbukti dalam menjaga hutan dan wilayah adatnya, dan hutan yang ada masih kokoh berdiri di dalam selimut kultur budaya dan peraturan adat. namun pemegang kebijakan tidak bisa menghentikan kerusakan hutan saat ini. 

Kultur Adat dan Budaya yang ada di masyarakat hukum adat di Kekhalifahan Batu Songgan khususnya di Kenegerian pangkalan Serai, walau mulai tergerus di kalangan anak muda namun di kampung masih berlaku kuat. 


Tidak ada komentar:

Post Top Ad

Your Ad Spot

Halaman