by : Nuskan syarif
menyeruak dari balik bukit
bak bunga yang mulai mekar
memancarkan sinar kuning keperakan
menyapu lembut setiap jengkal tanah hutan
menyapa semua isi jagat raya
kepak sayap sepasang burung rangkong kembali terdengar dipagi ini
melintas tepat diatas ku
hinggap diatas pohon yang menjulang tinggi menggapai langit
bersenda gurau penuh damai
suara kelompok ungko terus membahana
bersahutan satu dengan lainnya
berduet dengan pasangan dan keluarganya
saling memacu oktaf suara demi teritorial
menjaga keluarga dan calon anak
ketika mentari menyinari hutan belantara disini
teriakan mulai menghilang satu demi satu
sang ungko kian menyembunyikan suaranya dari udara pagi yang mulai hangat
disaat mentari menyapu disetiap jengkal isi rimba ini
gemuruh air sungai yang menggodaku untuk turun
seakan memanggil untuk bergumul dengan ku didalam peluk sejuknya
harum bunga merebak disetiap milli selongsong dadaku
ditingkahi oleh kicau burung mencicit diatas ranting yang penuh buah kayu
liukan sungai mengalir deras
tiada henti dan tersekat
ikan-ikan berenang bergerombol
penuh damai dan bahagia
di atas sana
lebatnya hutan semakin dirongrong
julang kayu rebah bersama deru gergaji
tak akan lestari hutan disini
tak sejuk lagi air sungai
tidak ada rasa memiliki hutan ini
yang ada rasa memiliki lahan buat dibangu puluhan hektar perkebunan karet dan kelapa sawit
tidakkah ada rasa kelestarian dihatimu duh manusia
coba tanya dengan nuranimu jika itu pun kau miliki.
menyeruak dari balik bukit
bak bunga yang mulai mekar
memancarkan sinar kuning keperakan
menyapu lembut setiap jengkal tanah hutan
menyapa semua isi jagat raya
kepak sayap sepasang burung rangkong kembali terdengar dipagi ini
melintas tepat diatas ku
hinggap diatas pohon yang menjulang tinggi menggapai langit
bersenda gurau penuh damai
suara kelompok ungko terus membahana
bersahutan satu dengan lainnya
berduet dengan pasangan dan keluarganya
saling memacu oktaf suara demi teritorial
menjaga keluarga dan calon anak
ketika mentari menyinari hutan belantara disini
teriakan mulai menghilang satu demi satu
sang ungko kian menyembunyikan suaranya dari udara pagi yang mulai hangat
disaat mentari menyapu disetiap jengkal isi rimba ini
gemuruh air sungai yang menggodaku untuk turun
seakan memanggil untuk bergumul dengan ku didalam peluk sejuknya
harum bunga merebak disetiap milli selongsong dadaku
ditingkahi oleh kicau burung mencicit diatas ranting yang penuh buah kayu
liukan sungai mengalir deras
tiada henti dan tersekat
ikan-ikan berenang bergerombol
penuh damai dan bahagia
di atas sana
lebatnya hutan semakin dirongrong
julang kayu rebah bersama deru gergaji
tak akan lestari hutan disini
tak sejuk lagi air sungai
tidak ada rasa memiliki hutan ini
yang ada rasa memiliki lahan buat dibangu puluhan hektar perkebunan karet dan kelapa sawit
tidakkah ada rasa kelestarian dihatimu duh manusia
coba tanya dengan nuranimu jika itu pun kau miliki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar